Selasa, 01 Mei 2012

HIZBUT TAHRIR


Syubhat
Hizbut Tahrir selama ini kita kenal sebagai organisasi yang gigih memperjuangkan berdirinya khilafah islam. Jargon-jargon islam selalu menyertai setiap gerakan mereka. Namun tidak banyak yang tahu paham keagamaan seperti apa yang mereka  bawa, dan sebenarnya apakah Hizbut tahrir itu?
Kami Menjawab
Organisasi Hizbut Tahrir adalah partai politik Islam yang didirikan pada tahun1953 di Jerussalem oleh Taqiyuddin An-Nabhani (penting dicatat, ini bukan Syaikh Yusuf An Nabhani, ulama’ sunni yang terkenal itu)
Syaikh Taqiyyuddin  An Nabhani dilahirkan di Desa Ijzim, Haifa, Palestina Utara, pada tahun 1909 dan wafat di Beirut 1979. An Nabhani adalah lulusan Al-Azhar dan Darul Ulum Mesir. Ia berprofesi sebagai guru sekolah agama dan hakim. Dalam membentuk Hizbut Tahrir, Taqiyuddin dibantu para koleganya yang telah memisahkan diri dari organisasi Ikhwanul Muslimin di Mesir.
Hizbut Tahrir memang menitik beratkan perjuangan dalam bidang politik, yaitu untuk mengembalikan khilafah islam,  akan tetapi ternyata banyak sekali pandangan-pandangan mereka yang tidak sesuai dengan pandangan Ahlu Sunnah wal jama`ah.
KHILAFAH
Menurut pandangan Hizbut Tahrir pemerintahan yang sah adalah pemerintahan dengan sistem khilafah yang dipimpin oleh seorang khalifah, selama tidak ada sistem Khilafah di muka bumi maka seluruh umat muslim yang tidak berjuang untuk menegakkannya dianggap berdosa besar  (1). Ini berdasarkan firman Allah :
وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ (44) [المائدة : 44[
barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir. (QS Al Maidah : 44)
Mereka beranggapan bahwa lemahnya umat islam saat ini adalah karena rusaknya sistem pemerintahan, oleh karena itu perjuangan harus dimulai dengan merebut kekuasaan, kemudian merubah sistem kenegaraan menjadi sistem khilafah.
Kesalahan pertama mereka adalah mengarahkan ayat di atas untuk orang-orang mukmin, padahal ayat tersebut turun bukan mengenai kaum muslim akan tetapi khusus mengenai orang-orang yahudi yang tidak mau berhukum dengan hukum yang dibawakan taurat dan juga telah ditetapkan oleh Rasulullah.  Ibnu Abbas mengatakan ketika membicarakan mengenai ayat ini dan dua ayat setelahnya yaitu :
وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ (45)  [المائدة/45]
وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ (47) [المائدة/47]
أنّ الكافرين والظالمين والفاسقين : أهل الكتاب
Sesungguhnya yang dimaksud dengan الكافرين والظالمين والفاسقين adalah ahlul kitab(2)
Ayat tersebut juga merupakan ayat yang sama yang dijadikan kaum khawarij (salah satu golongan ahli bid`ah) untuk mengkafirkan orang-orang mukmin yang berbuat bermaksiat, maka selayaknya bagi Hizbut Tahrir untuk berhati-hati agar tidak terjatuh ke lubang yang sama dengan mereka sebagai ahli bid`ah. Ibnu Umar pernah berkata mengenai kaum Khawarij :
إِنَّهُمُ انْطَلَقُوا إِلَى آيَاتٍ نَزَلَتْ فِى الْكُفَّارِ فَجَعَلُوهَا عَلَى الْمُؤْمِنِينَ .
“mereka  mengarahkan ayat-ayat yang turun mengenai orang-orang kafir untuk ditujukan kepada orang-orang mukmin” (3)
Kemudian juga patut kita pertanyakan kepada mereka. Bagaimanakah bentuk sistem khilafah yang mereka idam-idamkan itu dan dengan cara apa kita memilih seorang khalifah?, bukankah tidak ada dalil yang tegas mengenai tata-cara  pengangkatan Imam atau Sistem seperti apa yang harus digunakan untuk menjalankan pemerintahan islam.
Kita bisa melihat dari sejarah, empat khalifah pertama yang digelari dengan Khulafurrasyidin saja menjadi khalifah dengan cara yang berbeda-beda. Tak perlu kita heran, karena memang menjelang wafatnya Rasulullah tidak menunjuk seorangpun sebagai penggantinya atau petunjuk pengangkatan seorang khalifah. Beliau menyerahkan urusan kekhilafahan ini sepenuhnya kepada umat untuk dimusyawarahkan. Sesuai firman Allah :
وَالَّذِينَ اسْتَجَابُوا لِرَبِّهِمْ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَمْرُهُمْ شُورَى بَيْنَهُمْ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ (38)  [الشورى : 38]
Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang kami berikan kepada mereka.(QS As Syura : 38)
Begitu juga mengenai sistem pemerintahan. Rasulullah tidak pernah mewajibkan umatnya untuk menganut satu sistem tertentu, yang ditekankan dalam kepemerintahan Rasulullah dan khulafurrasyidin adalah sistem musyawarah. Jika kita mengharuskan untuk menjalankan pemerintahan seperti Rasulullah (khilafah), maka berarti sejak 30 tahun sejak wafatnya Rasulullah                       kaum muslim telah berdosa karena sistem pemerintahan sejak saat itu adalah berdasar warisan seperti raja-raja, sebagaimana sabda Rasululah saw :
الْخِلاَفَةُ ثَلاَثُونَ عَاماً ثُمَّ يَكُونُ بَعْدَ ذَلِكَ الْمُلْكُ ]مسند أحمد - (ج 47 / ص 496)[
“Khilafah itu hanyalah tiga puluh tahun, kemudian setelah itu adalah raja-raja” (HR Ahmad)
Memang kita semua menginginkan sistem khilafah bisa berlaku saat ini seperti di masa Rasulullah, akan tetapi berdasarkan hadits di atas, kita harus bisa menerima bahwa sistem itu telah berlalu.
Mungkin kalangan Hizbut Tahrir menganggap bahwa sistem khilafah masih bisa ditegakkan berdasarkan hadits :
تَكُونُ النُّبُوَّةُ فِيكُمْ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلاَفَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكاً عَاضًّا فَيَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكاً جَبْرِيَّةً فَيَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلاَفَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ نُبُوَّةٍ ». ثُمَّ سَكَتَ.] مسند أحمد - (18903ج 40 / ص 65[(
“Sesungguhnya Nabi r bersabda: “Kenabian akan menyertai kalian selama Allah menghendakinya, kemudian Allah I mengangkat kenabian itu bila menghendakinya. Kemudian akan datang khilafah sesuai dengan jalan kenabian dalam waktu Allah menghendakinya. Kemudian Allah mengangkatnya apabila menghendakinya. Kemudian akan datang kerajaan yang menggigit dalam waktu yang Allah kehendaki. Kemudian Allah mengangkatnya apabila menghendakinya dan diganti dengan kerajaan yang memaksakan kehendaknya. Kemudian akan datang khilafah sesuai dengan jalan kenabian. Lalu Nabi r diam. (HR Ahmad)
Dalam hadits di atas rasulullah menyebutkan lima fase kepemimpinan umat muslim, pertama fase kenabian, kedua fase khulafarasyidin, ketiga dan keempat fase raja-raja diktator dan kelima fase khilafah yang sesuai dengan sistem nubuwah. Fase terakhir inilah yang ditunggu-tunggu dan diperjuangkan oleh Hizbut Tahrir.
Masalahnya adalah  mereka telah keliru dalam memahami hadits tersebut, karena para ulama mengatakan bahwa yang dimaksud dengan fase kelima dalam hadits tersebut  adalah masa kepemerintahan Umar bin Abdul Aziz(4), oleh karena itulah beliau dijuluki sebagai khalifah kelima dalam khulafarrasyidin.
yang jelas Rasulullah tidak pernah memerintahkan kita untuk menggunakan sistem khilafah, beliau tidak pernah mengatakan “Kalian harus mengikuti sistem khilafah seperti aku” atau semacamnya, Beliau hanya bersabda :
الْخِلاَفَةُ ثَلاَثُونَ عَاماً ثُمَّ يَكُونُ بَعْدَ ذَلِكَ الْمُلْكُ
“Khilafah itu hanyalah tiga puluh tahun, kemudian setelah itu adalah raja-raja”
Justru  Rasulullah memerintahkan kita untuk selalu taat kepada pemerintah yang sah dalam artian tidak  berusaha untuk memberontak, walaupun pemimpin kita adalah orang  fasik, atau bahkan seorang budak hitam yang cacat (5). karena akibat yang ditimbulkan dari penggulingan kepemerintahan lebih  berbahaya daripada akibat yang ada karena fasiknya seorang imam.
Rasulullah saw bersabda :
ستكون أمراء فتعرفون وتنكرون فمن عرف برئ ومن نكر سلم ولكن من رضي وتابع  قالوا أفلا نقاتلهم ؟ قال  لا ما صلوا
Akan ada banyak pemimpin, dan kalian akan mengetahuinya dan mengingkarinya, barang siapa tidak menyukainya maka dia telah terbebas (dari dosa) dan barang siapa yang mengingkarinya (dalam hati) maka dia telah selamat, akan tetapi mereka yang ridha dan mengikuti (yang mendapatkan dosa), maka mereka(sahabat) berkata : wahai Rasulullah tidakkah kita memerangi mereka? Rasulullah berkata : “Jangan, selama mereka masih shalat”. (HR Muslim) (6)
Dalam hadits lain disebutkan :
من كره من أميره شيئا فليصبر فإنه من خرج من السلطان شبرا مات ميتة جاهلية
Barang siapa yang tidak menyukai sesuatu dari pemimpinnya hendaknya bersabar, sebab barang siapa orang yang keluar dari kethaatan sulthan maka ia wafat seperti orang jahiliyah (HR Bukhari)(7)
Maka mewajibkan kaum muslim untuk mendirikan khilafah apalagi sampai memperbolehkan untuk memberontak kepada pemerintahan yang telah ada, merupakan pernyataan tanpa dalil dan berbahaya karena dapat menimbulkan kekacauan dalam suatu negara.
AQIDAH
Di bidang akidah, Hizbut tahrir cenderung berpaham Qodariyah, paham yang menganggap manusia bisa menentukan sendiri keinginannya tanpa terikat ketentuan Allah. Berikut beberapa buktinya:
  1. Dalam kitab As-Syakhshiyah Al-Islamiyah juz I bab Al qadha’ wal qodar (cet. Darul Ummah hal 94-95) Taqiyuddin berkata:
«وهذه الأفعال ـ أي أفعال الإنسان ـ لا دخل لها بالقضاء ولا دخل للقضاء بها، لأن الإنسان هو الذي قام بها بإرادته واختياره، وعلى ذلك فإن الأفعال الاختيارية لا تدخل تحت القضاء» اهـ الشخصية الإسلامية الجزء الأول باب القضاء والقدر: ص94 ـ 95
“Segala perbuatan manusia tidak terkait dengan Qadla (kepastian) Allah. Karena setiap manusia dapat menentukan kemauan dan keinginannya sendiri. Maka semua perbuatan yang mengandung unsur kesengajaan dan kehendak manusia tidak masuk dalam Qadla.”
  1. Pada As-Syakhshiyah Al-Islamiyah juz I bab Alhuda wad Dlolal (cet. Darul Ummah hal 98) penulis menyatakan
«فتعليق المثوبة أو العقوبة بالهدى والضلال يدل على أن الهداية والضلال هما من فعل الإنسان وليسا من الله» اهـ (الشخصية الإسلامية الجزء الأول : باب الهدى والضلال ص 98(
“Jadi mengaitkan adanya pahala sebagai balasan bagi kebaikan dan siksa sebagai balasan dari kesesatan, menunjukkan bahwa petunjuk dan kesesatan adalah murni perbuatan manusia itu sendiri, bukan berasal dari Allah.”
Ini jelas pendapat kaum Qodariyah yang menyimpang dari ajaran ahlussunnah wal jamaah karena bertentangan dengan ayat Al-Qur’an dan Hadits. Allah berfirman
وَاللهُ خَلَقَكُمْ وَمَا تَعْمَلُونَ
“Allah menciptakan kalian dan Allah menciptakan perbuatan kalian”  (QS As Shaffat :96)
Ibn Abbas RA berkata :
»إن كلام القدرية كفر«
Sesungguhnya perkataan kaum Qodariyah adalah kufur”. (8)
Bisa juga maksud Ibn Abbas dengan “kufur” di sini sebagai ‘warning’ bahwa hal itu mengarah pada kekafiran. Namun yang jelas mereka adalah ahli bid’ah.
Diriwayatkan pula dari Umar bin Abdul Aziz, Imam Malik bin Anas dan Imam Awza’i :
»انهم يستتابون فإن تابوا وإلا قُتلوا«
“Sesungguhnya mereka (kaum Qodariyah ) diminta untuk bertaubat, jika menolak maka mereka dibunuh.”(9)
Ma’mar meriwayatkan dari Towus, dari bapaknya. Bahwa seseorang berkata kepada Ibnu Abbas: “Banyak orang mengatakan perbuatan buruk bukanlah qodar (kepastian) Allah SWT,” maka Ibnu Abbas menjawab: “Yang membedakan aku dan pengikut Qodariyah adalah Ayat ini:
قُلْ فَلِلَّهِ الْحُجَّةُ الْبَالِغَةُ فَلَوْ شَاءَ لَهَدَاكُمْ أَجْمَعِينَ -الأنعام/149
“Katakan! Allah mempunyai hujjah yang jelas lagi kuat, maka jika Dia menghendaki, pasti Dia memberi petunjuk kepada kamu semuanya. (QS.Al-An’am: 149)(10)
Tak cukup itu, HIzbut Tahrir malah menuduh ahlussunnah sama dengan kelompok sesat Jabariyyah, tanpa menyertakan bukti yang memadai. Taqiyuddin menyatakan dalam kitab As-Syakhsiyyah Al-Islamiyah juz 1 hal. 73:
والحقيقة هو ان رأيهم _ اي اهل السنة_ورأي الجبرية واحد فهم جبريون
Pada hakikatnya, pendapat mereka – ahlussunnah wal jama’ah – dan pendapat jabariyah adalah satu, maka mereka adalah termasuk kelompok jabariyah”.
SYARIAH
Di bidang syari’ah, Hizbut Tahrir tidak mau terikat kepada salah satu dari madzhab empat – Hanafi, Maliki, Syafi’i, Hambali – dan lebih mendahulukan ijtihad mereka sendiri, mereka juga tidak mengakui ijma’ sebagai dasar hukum selain ijma’ sahabat. Berikut beberapa contoh fatwa nyleneh mereka.
Dalam kitab mereka, At-Tafkir hal. 149
متى أصبح قادرًا على الاستنباط فإنه حينئذ يكون مجتهدًا، ولذلك فإن الاستنباط أو الاجتهاد ممكن لجميع الناس، وميسر لجميع الناس ولا سيما بعد أن أصبح بين أيدي الناس كتب في اللغة العربية والشرع الإسلامي ، – كتاب التفكير ص/149
” Sesungguhnya apabila seseorang mampu menggali hukum dari sumbernya, maka telah menjadi mujtahid. Oleh karenanya, maka menggali hukum atau ijtihad dimungkinkan bagi siapa pun, dan mudah bagi siapa pun, apalagi setelah mempunyai kitab lughot ( tata bahasa arab ) dan fiqh islam.”
Perkataan ini mengesankan terbukanya kemungkinan untuk berijtihad meskipun dengan modal pengetahuan yang sedikit.
Alhasil, Hizbut Tahrir nyata-nyata berseberangan dengan Ahlussunnah. Apa yang telah disampaikan hanyalah sedikit dari contoh penyimpangan mereka, masih banyak fakta-fakta yang belum terungkap.
Referensi
 (1)نظام الحكم في الإسلام ( ص 38-39 )
والقعود عن إقامة خليفة للمسلمين معصية من أكابر المعاصي لأنها قعود عن القيام بفرض من أهم فروض الإسلام في معترك الحياة فالمسلمون جميعا آثمون إثما كبيرا في قعودهم عن الإقامة خليفة للمسلمين. فإن أجمعوا على هذا القعود كان الإثم على كل فرد منهم في جميع أقطار المعمورة. وإن قام بعض المؤمنين بالعمل لإقامة خليفة ولم يقم الىخر فإن الإثم يسقط عن الذين قاموا يعملون لإقامة الخليفة, ويبقى الفرض عليهم حتى يقوم الخليفة لأن الاستغال بإقامة الفرض يسقط الإثم على تأخير إقامته عن وقته. وعلى عدم القيام به لتلبسه بالقيام  ولاستكراهه بما يقهره عن إنجاز القيام به أما الذين لم يتلبسوا بالعمل لإقامة الفرض فإن الإثم بعد ثلاثة أيام من ذهاب الخليفة إلى يوم نصب الخليفة يبقى عليهم لأن الله قد أوجب عليهم فرضا ولم يقوموا به ولم يتلبسوا بالأعمال التي من شأنها أن تقيمه ولذلك استخقوا الإثم فاستحقوا عذاب الله و خزيه في الدنيا والآخرة.
 (2)صحيح مسلم - (ج 3 / ص 1327)
 28 - ( 1700 ) حدثنا يحيى بن يحيى وأبو بكر بن أبي شيبة كلاهما عن أبي معاوية قال يحيى أخبرنا أبو معاوية عن الأعمش عن عبدالله بن مرة عن البراء بن عازب قال : مر على النبي صلى الله عليه و سلم بيهودي محمما مجلودا فدعاهم صلى الله عليه و سلم فقا ( هكذا تجدون حد الزاني في كتابكم ؟ ) قالوا نعم فدعا رجلا من علمائهم فقال ( أنشدك بالله الذي أنزل التوراة على موسى أهكذا تجدون حد الزاني في كتابكم ؟ ) قال لا ولولا أنك نشدتني بهذا لم أخبرك نجده الرجم ولكنه كثر في أشرافنا فكنا إذا أخذنا الشريف تركناه وإذا أخذنا الضعيف أقمنا عليه الحد قلنا تعالوا فلنجتمع على شيء نقيمه على الشريف والوضيع فجعلنا التحميم والجلد مكان الرجم فقال رسول الله صلى الله عليه و سلم ( اللهم إني أول من أحيا أمرك إذا أماتوه ) فأمر به فرجم فأنزل الله عز و جل { يا أيها الرسول لا يحزنك الذين يسارعون في الكفر إلى قوله إن أوتيتم هذا فخذوه } [ 5 / المائدة / 41 ] يقول ائتوا محمدا صلى الله عليه و سلم فإن أمركم بالتحميم والجلد فخذوه وإن أفتاكم بالرجم فاحذروا فأنزل الله تعالى { ومن لم يحكم بما أنزل الله فأولئك هم الكافرون } [ 5 / المائدة / 44 ] { ومن لم يحكم بما أنزل الله فأولئك هم الظالمون } [ 5 / المائدة / 45 ] { ومن لم يحكم بما أنزل الله فأولئك هم الفاسقون } [ 5 / المائدة / 47 ] في الكفار كلها
الكشاف - (ج 2 / ص 29)
{ وَمَن لَّمْ يَحْكُم بِمَا أَنزَلَ الله } مستهيناً به { فَأُوْلَئِكَ هُمُ الكافرون } والظالمون والفاسقون : وصف لهم بالعتوّ في كفرهم حين ظلموا آيات الله بالاستهانة . وتمرّدوا بأن حكموا بغيرها . وعن ابن عباس رضي الله عنهما : أنّ الكافرين والظالمين والفاسقين : أهل الكتاب . وعنه : نعم القوم أنتم ، ما كان من حلو فلكم ، ومن كان من مرة فهو لأهل الكتاب ، من جحد حكم الله كفر ، ومن لم يحكم به وهو مقرّ فهو ظالم فاسق . وعن الشعبي : هذه في أهل الإسلام والظالمون في اليهود ، والفاسقون في النصارى . وعن ابن مسعود : هو عام في اليهود وغيرهم . وعن حذيفة : أنتم أشبه الأمم سمتاً ببني إسرائيل : لتركبن طريقهم حذو النعل بالنعل والقذة بالقذة ، غير أني لا أدري أتعبدون العجل أم لا؟ .
تفسير البغوي - (ج 3 / ص 61)
{ فَلا تَخْشَوُا النَّاسَ وَاخْشَوْنِ وَلا تَشْتَرُوا بِآيَاتِي ثَمَنًا قَلِيلا وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ } قال قتادة 107/ب والضحاك: نزلت هذه الآيات الثلاث في اليهود دون من أساء من هذه الأمة. رُوي عن البراء بن عازب رضي الله عنه في قوله: { وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ } والظالمون والفاسقون كلها في الكافرين، وقيل: هي على الناس كلهم.وقال ابن عباس (2) وطاووس: ليس بكفر ينقل عن الملة، بل إذا فعله فهو به [كافر] (3) وليس كمن كفر بالله واليوم الآخر.قال عطاء: هو كفر دون كفر، وظلم دون ظلم، وفسق دون فسق، وقال عكرمة معناه: ومن لم يحكم بما أنزل الله جاحدا به فقد كفر، ومن أقرّ به ولم يحكم به فهو ظالم فاسق.وسئل عبد العزيز بن يحيى الكناني عن هذه الآيات، فقال: إنها تقع على جميع ما أنزل الله لا على بعضه، فكل من لم يحكم بجميع ما أنزل الله فهو كافر ظالم فاسق، فأما من حكم بما أنزل الله من التوحيد وترك الشرك، ثم لم يحكم [بجميع] (4) ما أنزل الله من الشرائع لم يستوجب حكم هذه الآيات. وقال العلماء: هذا إذا رد نص حكم الله عيانا عمدا، فأما من خفي عليه أو أخطأ في تأويل فلا (5) .
تفسير البحر المحيط - (ج 4 / ص 433)
وقال البراء بن عازب : نزل { يا أيها لرسول - إلى - فأولئك هم الكافرون } في اليهود خاصة وذكر قصة رجم اليهوديين .وقيل لحذيفة : { ومن لم يحكم بما أنزل الله فأولئك هم الكافرون } نزلت في بني إسرائيل؟ قال نعم . وقال الحسن وأبو مجلز وأبو جعفر : هي في اليهود . وقال الحسن : هي علينا واجبة . وقال قتادة : ذكر لنا أن رسول الله صلى الله عليه وسلم كان يقول لما نزلت هذه الآية : : « نحن نحكم على اليهود وعلى من سواهم من أهل الأديان » وفي الآية ترغيب لليهود بأن يكونوا كمتقدميهم من مسلمي أحبارهم ، وتنبيه المنكرين لوجوب الرجم . وقال جماعة : الهدى والنور سواء ، وكرر للتأكيد . وقال قوم : ليسا سواء ، فالهدى محمول على بيان الأحكام ، والنور والبيان للتوحيد والنبوة والمعاد . قال الزمخشري : يهدي للعدل والحق ، ونور يبين ما استبهم من الأحكام . وقال ابن عطية : الهدى الإرشاد المعتقد والشرائع ، والنور ما يستضاء به من أوامرها ونواهيها . وقيل : المعنى فيها بيان أمر الرسول وما جاءوا يستفتون فيه .

 (3)صحيح البخارى - (ج 23 / ص 31)
 - باب قَتْلِ الْخَوَارِجِ وَالْمُلْحِدِينَ بَعْدَ إِقَامَةِ الْحُجَّةِ عَلَيْهِمْ . ( 6 ) وَقَوْلِ اللَّهِ تَعَالَى ( وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُضِلَّ قَوْمًا بَعْدَ إِذْ هَدَاهُمْ حَتَّى يُبَيِّنَ لَهُمْ مَا يَتَّقُونَ ) . وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ يَرَاهُمْ شِرَارَ خَلْقِ اللَّهِ وَقَالَ إِنَّهُمُ انْطَلَقُوا إِلَى آيَاتٍ نَزَلَتْ فِى الْكُفَّارِ فَجَعَلُوهَا عَلَى الْمُؤْمِنِينَ . 21/9
تفسير الألوسي - (ج 4 / ص 500)
{ وَمَن لَّمْ يَحْكُم بِمَا أَنزَلَ الله } من الأحكام { فَأُوْلَئِكَ } إشارة إلى { مِنْ } والجمع باعتبار معناها كما أن الإفراد في سابقه باعتبار لفظها ، وهو مبتدأ خبره جملة قوله سبحانه : { هُمُ الكافرون } ويجوز أن يكون { هُمْ } ضمير فصل ، و { الكافرون } هو الخبر ، والجملة تذييل مقرر لمضمون ما قبلها أبلغ تقرير وتحذير عن الإخلال به أشد تحذير . واحتجت الخوارج بهذه الآية على أن الفاسق كافر غير مؤمن ، ووجه الاستدلال بها أن كلمة { مِنْ } فيها عامة شاملة لكل من لم يحكم بما أنزل الله تعالى ، فيدخل ( الفاسق ) المصدق أيضاً لأنه غير حاكم وعامل بما أنزل الله تعالى ، ....

 (4)جامع العلوم والحكم - (ج 28 / ص 18(
ونصَّ كثيرٌ من الأئمَّة على أنَّ عمر بنَ عبد العزيز خليفةٌ راشد أيضاً ، ويدلُّ عليه ما خرَّجه الإمام أحمد  من حديث حُذيفة ، عن النَّبيِّ - صلى الله عليه وسلم - ، قال : (( تكونُ فيكم النبوَّةُ ما شاء الله أنْ تكون ، ثم يرفعها الله إذا شاء أنْ يرفعها ، ثم تكون خلافةٌ على منهاج النبوَّة ، فتكونُ ما شاءَ الله أنْ تكونَ ، ثم يرفعُها الله إذا شاء أنْ يرفعها ، ثمَّ تكونُ مُلكاً عاضَّاً ما شاء الله أنْ تكون ، ثم يرفعها إذا شاء أنْ يرفعها ، ثم تكونُ مُلكاً جبرية ، فتكون ما شاء الله أنْ تكون ، ثم يرفعها إذا شاء أنْ يرفعها ، ثم تكون خلافةً على منهاج النبوَّة )) ثُمَّ سكت . فلما ولي عمر بن عبد العزيز ، دخل عليه رجلٌ ، فحدَّثه بهذا الحديث ، فسُرَّ به ، وأعجبه .
وكان محمد بن سيرين أحياناً يسأل عن شيءٍ مِنَ الأشربةِ ، فيقول : نهى عنه إمامُ هدى : عمرُ بن عبد العزيز
دلائل النبوة للبيهقي - (ج 7 / ص 413(                                                      
2843 - حدثنا أبو بكر محمد بن الحسن بن فورك رحمه الله ، أخبرنا عبد الله بن جعفر الأصبهاني ، حدثنا يونس بن حبيب ، حدثنا أبو داود الطيالسي ، حدثنا داود الواسطي ، قال : وكان ثقة ، قال : سمعت حبيب بن سالم ، قال : سمعت النعمان بن بشير بن سعد ، في حديث ذكره قال : فجاء أبو ثعلبة فقال : يا بشير بن سعد ، أتحفظ حديث رسول الله صلى الله عليه وسلم في الأمراء ، وكان حذيفة قاعدا مع بشير ، فقال حذيفة : أنا أحفظ خطبته ، فجلس أبو ثعلبة فقال حذيفة : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : « إنكم في النبوة ما شاء الله أن تكون ، ثم يرفعها إذا شاء ، ثم يكون خلافة على منهاج النبوة تكون ما شاء الله أن تكون ثم يرفعها إذا شاء ، ثم تكون جبرية (1) تكون ما شاء الله أن تكون ، ثم يرفعها ، إذا شاء أن يرفعها ، ثم تكون خلافة على منهاج (2) النبوة » قال : فقدم عمر - يعني : ابن عبد العزيز - ومعه يزيد بن النعمان فكتبت إليه أذكره الحديث وكتبت إليه إني أرجو أن يكون أمير المؤمنين بعد الجبرية ، قال : فأخذ يزيد الكتاب فأدخله على عمر فسر به وأعجبه
(5)سنن الترمذى - (ج 6 / ص 497)
1808 - حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى النَّيْسَابُورِىُّ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يُوسُفَ حَدَّثَنَا يُونُسُ بْنُ أَبِى إِسْحَاقَ عَنِ الْعَيْزَارِ بْنِ حُرَيْثٍ عَنْ أُمِّ الْحُصَيْنِ الأَحْمَسِيَّةِ قَالَتْ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَخْطُبُ فِى حَجَّةِ الْوَدَاعِ وَعَلَيْهِ بُرْدٌ قَدِ الْتَفَعَ بِهِ مِنْ تَحْتِ إِبْطِهِ قَالَتْ فَأَنَا أَنْظُرُ إِلَى عَضَلَةِ عَضُدِهِ تَرْتَجُّ سَمِعْتُهُ يَقُولُ « يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللَّهَ وَإِنْ أُمِّرَ عَلَيْكُمْ عَبْدٌ حَبَشِىٌّ مُجَدَّعٌ فَاسْمَعُوا لَهُ وَأَطِيعُوا مَا أَقَامَ لَكُمْ كِتَابَ اللَّهِ ». قَالَ أَبُو عِيسَى وَفِى الْبَابِ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ وَعِرْبَاضِ بْنِ سَارِيَةَ. وَهَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ وَقَدْ رُوِىَ مِنْ غَيْرِ وَجْهٍ عَنْ أُمِّ حُصَيْنٍ.
صحيح البخاري - (ج 6 / ص 2612)
 6723 - حدثنا مسدد حدثنا يحيى بن سعيد عن شعبة عن أبي التياح عن أنس بن مالك رضي الله عنه قال  : قال رسول الله صلى الله عليه و سلم ( اسمعوا وأطيعوا وإن استعمل عليكم عبد حبشي كأن رأسه زبيبة ) 
 (6)صحيح مسلم - (ج 3 / ص 1480(
62 - ( 1854 ) حدثنا هداب بن خالد الأزدي حدثنا همام بن يحيى حدثنا قتادة عن الحسن عن ضبة بن محصن عن أم سلمة  : أن رسول الله صلى الله عليه و سلم قال ( ستكون أمراء فتعرفون وتنكرون فمن عرف برئ ومن نكر سلم ولكن من رضي وتابع ) قالوا أفلا نقاتلهم ؟ قال ( لا ما صلوا (
 (7)صحيح البخاري - (ج 6 / ص 2588)
 6645 - حدثنا مسدد عن عبد الوارث عن الجعد عن أبي رجاء عن ابن عباس  : عن النبي صلى الله عليه و سلم قال ( من كره من أميره شيئا فليصبر فإنه من خرج من السلطان شبرا مات ميتة جاهلية )
 (8)اعتقاد أهل السنة - (ج 4 / ص 644)
1165 - وأخبرنا عبيد الله بن احمد قال أخبرنا بن علي بن العلاء قال أخبرنا عبد الوهاب الوراق قال أخبرنا ابن أبي رواد عن ابن جريج أخبرني عطاء قال  سمعت ابن عباس يقول كلام القدرية كفر وكلام الحرورية ضلالة وكلام الشيعة هلكة  
الإبانة - ابن بطة - (ج 2 / ص 165)               
1639 - حدثنا أبو عبد الله أحمد بن علي بن العلاء قال حدثنا عبد الوهاب الوراق / ح وحدثنا إسماعيل محمد الصفار قال حدثنا عبدالله بن أيوب المخزومي قالا حدثنا عبد الحميد بن عبد العزيز بن رواد عن ابن جريج عن عطاء عن ابن عباس قال كلام القدرية كفر وكلام الحرورية ضلالة وكلام الشيعة هلكة قال عبد الله بن العباس ولا أعرف الحق أو لا أعلم الحق إلا في كلام قوم ألجاوا ما غاب عنهم من الأمور إلى الله وفوضوا أمورهم إلى الله وعلموا أن كلا بقضاء الله وقدره // رواه اللالكائي //
 (9)اعتقاد أهل السنة - (ج 4 / ص 709)
1317 - أخبرنا عبد الله بن مسلم قال ثنا الحسين بن إسماعيل قال ثنا محمد بن أحمد بن الجنيد قال ثنا سليمان بن حرب قال ثنا حماد بن زيد عن مالك بن أنس عن سهيل قال قال عمر بن عبد العزيز ما تقول في القدرية  قال أرى أن يستتابوا فإن تابوا وإلا قتلوا  فقال عمر ذلك رأيي
 (10)الإبانة - ابن بطة - (ج 2 / ص 158)
1616 - حدثنا أبو الحسن أحمد بن القاسم بن الريان قال حدثنا إسحاق الديري قال أخبرنا عبد الرزاق عن معمر عن ابن طاوس عن أبيه أن رجلا قال لابن عباس إن ناسا يقولون إن الشر ليس بقدر فقال ابن عباس فبيننا وبين أهل القدر هذه الآية سيقول الذين أشركوا لو شاء الله ما أشركنا ولا آباؤنا إلى قوله قل فلله الحجة البالغة فلو شاء لهداكم أجمعين // رواه عبد الرزاق //




Tidak ada komentar:

Posting Komentar